Pendekatan Doa Al-Matsurat dalam Implementasi Konseling Sebaya
Pendekatan Doa Al-Matsurat dalam Implementasi
Konseling Sebaya
Oleh : Rahmatulloh
Menuntut ilmu menjadi sebuah kewajiban bagi
setiap orang, baik bagi mereka yang beragama islam atau agama lain. Dewasa ini
perkembangan keilmuan semakin hari semakin menunjukkan kemajuan tersendiri,
baik bagi mereka yang tinggal diperkotaan atau mereka yang berada dipedalaman
desa. Setiap warga masyarakat berhak mendapatkan pelayanan pendidikan karena
sudah menjadi tujuan adanya negara yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Oleh karenanya banyak mereka yang berniat untuk mendalami keilmuan harus pergi dari
tanah kelahirannya untuk memperluas wawasan dan pengetahuannya agar dapat
dikembangkan dan dioptimalkan ditanah kelahirannya.
Dalam islam pun mengajarkan betapa tingginya
nilai bagi mereka yang berilmu bahkan dalam islam mengajarkan agar mau menuntut
ilmu ditempat-tempat yang memang menjadi ladang pendalaman keilmuan seseorang.
Bahkan sampai saat ini banyak dari saudara kita yang pergi meninggalkan kampung
halamannya untuk pergi didalam dan luar negri untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya.
Islam selalu mengajarkan hal-hal yang baik,
begitupun ketika kita akan memulai sesuatu. Bagi umat islam dalam kehidupannya
sehari hari akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan hal-hal baik dan
didahului dengan doa selama menjalankan aktifitas 24 jam baik ketika bangun
hingga tidur kembali. Sama halnya dalam menuntut ilmu kita sebagai umat islam
akan lebih baik apabila kita selalu mendahului dengan doa karena ketika kita
berusaha untuk belajar maka akan terasa lengkap jika didahului dengan doa agar
ilmu yang kita dapatkan tidak berakhir sia-sia.
Disini saya akan berbagi pengalaman tentang
bagaimana presepsi pribadi saya dalam melakukan majlis ilmu didahului dengan
membaca doa Matsurat. Saya dan sembilan teman saya tergabung dalam kelompok
yang dibentuk untuk melaksanakan tugas mata kuliah Konseling Nabawi yang
merupakan mahasiswa semester 5 Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam di UIN
“Sultan Maulana Hasanudin” Banten.
Pada praktiknya kami membagi dalam 5 kali
pertemuan Majlis Ilmu, dalam Majlis Ilmu tersebut diisi dengan penyampaian
materi, diskusi dan tidak lupa diawali dengan membaca doa Matsurat. Dalam 5
pertemuan kami menggunakan tema yang berbeda-beda, dan untuk lokasi
pelaksanaanya yaitu disekitaran kampus baik dikelas ataupun dikoredor kelas
yang dipimpin oleh saudara As’ari.
A. Notulensi Kegiatan
1. Pertemuan Pertama ( Rabu, 6 September 2017 )
Pada pertemuan pertama, yaitu pada hari Rabu
tanggal 6 September 2017 kami mengawali pertemuan majlis dengan membuat
lingkaran dikoredor depan kelas sore hari setelah selesai melaksanakan Mata
Kuliah. Sebelum majlis dimulai saya dan teman-teman memulai dengan membaca Doa
Al-Matsurat terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi oleh
salah satu rekan saya. Dalam pertemuan pertama ini kami membahas tentang ilmu
dan ibadah. Berikut uraian materi pertemuan pertama :
Setiap manusia sudah dikenalkan dengan ilmu
sejak ia berusia kanak-kanak, saat ia masih sekolah di taman kanak-kanak atau
sekolah dasar dan lanjutan pun sudah dikenalkan dengan apa yang dimaksud dengan
apa itu ilmu. Namun belum sepenuhnya mengetahui tentang pengertian dan hakikat
ilmu secara luas dan lebih mendalam. Dengan ilmu itulah kita akan mengetahui
apa yang sebelumnya tidak kita ketahui, membedakan yang benar dan salah serta
dapat berfikir sebelum bertindak. Maka
dari itu peran ilmu sangatlah penting sebagai bekal kita mencari
kebenaran-kebenaran yang ada di dunia ini yang telah tercantum di dalam
al-Qur’an tentang kebesaran dan keesaan Allah.
Dalam beribadah pun kita dituntut untuk
mengetahui tentang keilmuan dan tata cara melaksanakan ibadah tersebut agar
ibadah yang kita lakukan tidak bernilai sia-sia. Allah
berfirman di dalam surah Ali Imran ayat
18 yang berbunyi
:
شَهِدَاللَّهُأَنَّهُلَاإِلَٰهَإِلَّاهُوَوَالْمَلَائِكَةُوَأُولُوالْعِلْمِقَائِمًابِالْقِسْطِ
ۚ لَاإِلَٰهَإِلَّاهُوَالْعَزِيزُالْحَكِيمُ
Pada ayat diatas Allah memerintahkan kepada
seluruh makhluk agar melihat beta pa
keesaan serta keagungan dan kebesaran Allah. Dan bukan hanya untuk manusia saja
ayat ini diperuntukkan namun Allah memerintahkan pula kepada para malaikat
untuk menyaksikan serta senantiasa menjalankan segala yang Allah perintahkan
serta menjauhi apa yang telah Allah larang. Keesaan Allah harus senantiasa
ditancapkan dalam diri setiap ciptaan-Nya bahwa meyakini tiada Illah selain
Allah merupakan sebuah kepastian serta kesaksian yang telah dilakukan merupakan
kesaksian yang berdasarkan dari keadilan yang sesuai dengan segala ciptaan-Nya.
Pada hakikatnya keimanan seseorang dapat
bertambah apabila ia memiliki ilmu dan keimanan juga bisa berkurang ketika
bermaksiat. Oleh karena itu setiap manusia diharuskan untuk bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu serta Allah pun berjanji akan mengangkat Derajat serta
dimudahkan dalam melaksanakan segala urusannya. Seperti itula kurang lebih
pemaparan materi pada pertemuan pertama setelah mengawali dengan bersama-sama
membaca doa Al-Matsurat.
2. Pertemuan kedua ( Kamis, 7 September 2017 )
Pada pertemuan kedua kali ini kami
melaksanakan pada hari Kamis, 7 September 2017 pada waktu sore hari setelah
selesai melaksanakan mata kuliah. Pada pertemuan kedua kali ini kami memulai
dengan bersama-sama melaksanakan Doa Al-Matsurat bersama. Dan dalam pertemuan
kedua ini kami membahas tema yaitu “Sihir Dunia”.
Manusia terkadang dibutakan dengan kemegahan
dunia, terkadang banyak dari kita melakukan hal-hal untuk bisa mendapatkan
sesuatu yang kita inginkan. Namun sayangnya tidak sedikit orang yang
menghalalkan segala macam cara untuk bisa mendapatkan hal-hal yang ia inginkan
mulai dari kekayaan, pangkat, jabatan, jodoh dan lain sebagainya. Tanpa memikirkan
dampak dari perbuatnnya banyak diantara kita yang menggunakan cara-cara nakal
yang dilarang oleh agama, mulai dari sihir, santet, atau berbagai macam cara
lain yang mengandung nilai kemusyrikan.
Orang-orang yang telah mengumbar diri tanpa
batas dengan kesenangan-kesenangan dunia ini, pada saat kematiannya akan
seperti seseorang yang memenuhi perutnya dengan bahan makanan terpilih dan
lezat, kemudian memuntahkannya. Kelezatannya
telah hilang, tetapi rasa tak lezatnya tinggal.
Makin berlimpah harta yang telah mereka nikmati. Taman-taman,
budak-budak laki dan perempuan, emas, perak dan lain sebagainya akan makin
keraslah mereka rasakan kepahitan berpisah dari semuanya itu. Kepahitan ini
akan terasa lebih berat dari kematian, karena jiwa yang telah menjadikan
ketamakan sebagai suatu kebiasaan tetap akan menderita di dunia yang akan
datang akibat kepedihan nafsu-nafsu yang tak terpuaskan. Begitulah perumpamaan
orang-orang yang menggunakan cara yang salah dalam menyalurkan setiap hasrat
dan keinginannya. Semoga kita bisa menjauhkan diri dari apa yang Allah larang.
3. Pertemuan ketiga ( Senin 11 September 2017 )
Pada pertemuan ketiga kali ini kami
melaksanakan berbeda dari sebelumnya yaitu kami melaksanakan dipagi hari
sebelum mata kuliah berlangsung. Kami melaksanakan pada hari Senin, 11 September
2017 seperti biasa sebelum melaksanakan
kajian kami memulai denga bersama-sama membaca doa Al-Matsurat. Pada kesempatan
kali ini kami membawakan tema yaitu “Membentuk keperibadian dari Kebiasaan”
Setiap orang memiliki keunikan masing masing
mulai dari karakter, hoby, dan lain sebagainya. Seseorang dapat dibentuk
keperibadiannya dengan cara bagaimana ia melakukan kebiasaannya. Apabila dalam
kesehariannya seseorang terbiasa dalam membaca Al-Qur’an atau menghafalkannya
maka perlahan ia akan dibentuk menjadi pribadi yang mencintai Al-Qur’an. Begitupun
mereka yang kesehariannya dihabiskan dengan hal-hal negatif contohnya seseorang
yang memiliki kebiasaan berlama-lama bermain game, maka perlahan ia akan
dibentuk menjadi seseorang yang belum bisa mengoptimalkan waktu.
Kebaikan seseorang itu tergantung lelahnya dalam kerja keras untuk
mencari kebaikan. Yang terpenting dalam hidup yaitu rutin (dawam) bukan
banyaknya jumlah yang di kerjakan. Karena amal yang paling di sukai oleh Allah
adalah dawam dari seorang hamba-Nya. (Ta’lim Muta’alim)
Oleh karena itu, untuk membentuk pribadi yang
baik maka harus memulai kebiasaan-kebiasaan baik pula karena keperbadian
sesorang dapat dilihat dari bagaimana sikapnya serta kebiasaannya dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah dan menjadi
pribadi-pribadi yang baik. Begitulah uraian singkat materi pertemuan ketiga.
4. Pertemuan keempat ( Selasa 12 September 2017 )
Pada pertemuan kali ini kami melaksanakan
seperti biasa yaitu disore hari setelah melaksanakan kegiatan mata kuliah, kali
ini dilaksanakan pada hari selasa, 12 September 2017 pertemuan kali ini kami mengambil tema “Akhlak
dalam kehidupan sehari-hari”. Berikut uraian singkat materi keempat :
Manusia yang baik ialah manusia yang baik pula
akhlaknya, begitulah hal yang sering kita dengar. Akhlak menjadi salah satu identitas
seorang muslim, dan Rasulullah SAW pun telah memberikan bagaimana contoh
terbaik bagi umat manusia. Jelaslah bahwa kewajiban kita sebagai umat Nabi SAW
harus senantiasa menjadikan Nabi SAW sebagai suri tauladan yang paling baik.
Manusia sebagai makhluk yang berakal dan
memiliki kemampuan untuk berfikir hendaknya berhati-hati agar jangan sampai
ilmu yang kita miliki hanyalah pengetahuan saja tanpa bisa diamalkan dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala dari empat hal yang
berdampak buruk dalam kehidupan di dunia ini, terlebih di akhirat nanti. Empat kejelekan itu seperti tersebut dalam doa beliau Shallallahu
‘alaihi wasallam,
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ
لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk,
jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR
. Muslim no. 2722 dari Zaid bin Arqam ra)
Dalam hadits ini ada empat kejelekan yang harus kita waspadai diantaranya :
1. Ilmu yang Tidak Bermanfaat
Ada beberapa hal yang termasuk ilmu yang tidak bermanfaat, di
antaranya:
a. Ilmu yang dicari untuk mendebati
para ulama dan untuk menyombongkan diri di hadapan orang-orang bodoh. Orang
yang seperti ini tergolong orang yang bodoh karena dia tidak tahu tujuan
menimba ilmu ialah untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan beribadah
kepada Allah Swt di atas petunjuk.
b. Menimba ilmu untuk mendapatkan
kegemerlapan duniawi dan mencari popularitas.
c. Ilmu yang tidak ditebarkan kepada
orang lain, apalagi sampai menyembunyikan ilmu dari orang yang sangat
membutuhkan.
d. Ilmu yang menjurus kepada
kemaksiatan dan kekufuran seperti ilmu sihir. Ilmu seperti ini haram untuk
dipelajari dan dipraktikkan.
2. Hati yang Tidak Khusyuk
Ini adalah jenis hati yang tidak tenteram dengan mengingat Allah
Swt. Padahal hati hanyalah dicipta untuk tunduk kepada yang menciptakannya
(Allah Swt) sehingga dada menjadi lapang karenanya dan siap diberi cahaya petunjuk.
3. Jiwa yang Tidak Pernah Puas
Tenteram dan puasnya jiwa adalah kebahagiaan hidup yang tak
ternilai. Namun, sayangnya tidak semua orang mendapatkan kepuasan jiwa dan
kehidupan yang bahagia.
4. Doa yang Tidak Didengar dan Tidak Dikabulkan oleh Allah Swt
Selain
itu juga Kemuliaan akhlak dapat mendekatkan
kita kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda : “ Sesungguhnya orang yang paling
aku cintai dan orang yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari
kiamat adalah orang-orang yang paling mulia akhlaknya diantara kalian.
Sedangkan orang yang paling aku benci dan orang yang paling jauh dariku tempat
duduknya pada hari kiamat adalah “Ats-Tsartsaarun” (Orang-orang yang banyak
bicara), “Al-Mutasyaddiqun” (Orang-orang yang sok fasih ketika berbicara) dan
“Al-Mutafaihiquun.” Para sahabat berkata
:”Wahai Rasulullah, kami telah mengetahui arti Ats-Tsartsaarun,
Al-Mutasyaddiqun. Tapi, apa arti Al-Mutafaihiquun?” Beliau menjawab : Mereka
adalah orang-orang yang sombong.” (HR. At-Tirmidzi)
5. Pertemuan kelima ( Kamis, 14 September 2017 )
Pada pertemuan kali ini kami melaksanakan
seperti biasa yaitu disore hari setelah melaksanakan kegiatan mata kuliah, kali
ini dilaksanakan pada hari kamis, 14 September 2017 pada pertemuan kali ini
kami mengambil tema “Hidayah dalam Kehidupan”. Berikut uraian singkat materi
kelima :
Hidayah bisa dikatakan mahal, bisa pula dikatakan murah. Mengapa
demikian? Hidayah
bisa dikatakan mahal jika seorang yang non muslim namum di dalam bersosialisasi
ia senantiasa berbuat kebaikan, memang baik dalam menjalankan kehidupan
sehingga orang lain yang disekitarnya merasa nyaman serta bersimpati kepada
orang tersebut, namun di balik itu semua ia belum mendapatkan hidayah dari sang
Maha Pencipta untuk menjadi mualaf. Hidayah
bisa dikatakan murah, jika seorang non muslim melakukan berbagai kebaikan
kepada orang lain, ketika itu orang tersebut mendapatkan hidayah dari Sang Maha
Pencipta yang menggerakkan hatinya untuk masuk kedalam ajaran Islam. Mereka
menjalankan kehidupan sesuai dengan apa yang mereka dapatkan ketika mencari
ilmu, kemudian mereka menerapkan ajaran tersebut di dalam kehidupan nyata.
Perbuatan mereka memang baik, namun jika Allah belum menetapkan orang tersebut
untuk menjadi seorang Muslim.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa banyaknya kenikmatan tidaklah bermanfaat jika tidak berkah, karena keberkahan lah yang akan membawa kenikmatan tersebut menjadi bermanfaat untuk orang yang mendapatkannya dengan bersungguh-sungguh. Sebanyak-banyaknya ilmu yang kita dapat tidaklah berkah jika kita tidak bisa mengamalkan ilmu tersebut. Maka dari itulah tidak ada alasan untuk kita bermalas-malasan dalam berbuat kebaikan. Karena apa yang kita dapat hanyalah titipan dari Allah dan akan kembali kepada Allah dengan pertanggung jawaban selama kita memakai titipan tersebut.
Mungkin hanya sekian notulensi kajian yang
dapat saya uraikan.
B. Persepsi
Pribadi Tentang Diskusi Dengan Teman Sebaya Yang Di Awali Dengan Pembacaan Doa
Al Matsurat
Sebelumnya saya sudah pernah mendengar dan membaca Al Matsurat namun tidak
sampai akhir hanya beberapa lembar saja. Awal pertama kali saya mengetahui
tentang Al-Matsurat saat itu ketika saya masih duduk disekolah dasar. Terkadang
ketika orang tua pulang dari acara nikahan biasanya ada saja yang memberikan
souvenir buku Al Matsurat dan sesekali Orang tua memerintahkan saya untuk
membacanya.
Sampai saat ini pula saya masih jarang sekali membaca Al Matsurat paling hanya
membaca doa pagi petang saja. Namun ketika saya diberikan tugas ini saya mulai
membaca bersama teman-teman. Kesan pertama yang saya rasakan ketika saya
membaca Al Matsurat secara penuh mungkin ada perasaan sedikit lelah juga karena
memang saya sendir jarang membaca dan bacaannya pun cukup panjang. Dan bukan
saya sendiri yang merasakan akan tetapi beberapa teman yang lain pun ikut
merasakan.
Perlahan demi perlahan mulai membiasakan membaca Al Matsrurat yang awalnya
masih sedikit berat dan ada rasa keterpaksaan karena bukan dari inisiatif
sendiri namun perlahan perasaan yang demikian mulai hilang hingga ada rasa yang
berbeda ketika berdiskusi dengan mengawali membaca Al Matsurat secara
bersama-sama. Semoga apa yang saya rasakan bisa tetap saya pertahankan dan dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sekian tulisan dari saya, saya merasa tulisan saya masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya selaku penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment