Artikel Lingkungan Hidup "LAMPU KUNING PESISIR BANTEN" (Radar Banten 10 Mei 2017)



LAMPU KUNING PESISIR BANTEN
Oleh : Rahmatulloh
Radar Banten 10 Mei 2017
Keelokan alam yang terdapat di Banten tak mampu terhitung dengan jari penulis, mulai dari keindahan alam pegunungan hingga pantai pantai menjadi sorotan para pelancong lokal maupun internasional. Tak heran ketika musim libur tiba banyak wisatawan dari dalam kota maupun luar negeri yang menghabiskan waktu liburannya untuk menikmati keindahan alam yang ada di Banten.
Namun dibalik semua keindahan alam yang dimiliki oleh Provinsi yang berbatasan langsung dengan selat sunda dan menghubungkan antara pulau jawa dan sumatra ini kian memperihatinkan. Keindahan-keindahan yang dimiliki oleh Banten semakin hari semakin memperihatinkan lantaran abrasi pesisir pantai khususnya yang terjadi di pesisir utara Banten yang kian mengancam. Keindahan tersebut hampir tergusur oleh tarikan ombak yang semakin meratakan tanah yang ada di sekitar pesisir pantai tersebut.
Beberapa tahun yang lalu, kawasan pesisir utara Banten khususnya yang ada di pesisir laut di wilayah serang utara, mulai dari desa Lontar, Domas, Tengkurak, Alang-Alang, Susukan, Linduk, Pontang, sujung serta beberapa tempat lain masih menjadi sasaran para wisatawan untuk menghabiskan waktu luangnya, mulai dari hanya sekedar berlibur, bersantai bahkan banyak pula yang mengunjungi wilayah tersebut untuk memancing dan yang lainnya. Terlebih ketika penulis masih berusia kanak-kanak, tempat-tempat tersebut menjadi tujuan wisata yang sangat sering dikunjungi dikarenakan tempatnya yang tidak terlalu jauh dan tidak perlu mengeluarkan uang untuk membayar tiket masuk. Bukan hanya untuk berwisata, namun juga untuk memancing ikan yang ada di empang-empang di sekitar pesisir pantai. Akan tetapi, lokasi-lokasi pesisir pantai serang utara semakin hari semakin sepi pengunjung, lantaran kerusakan alam yang ada di wilayah tersebut semakin hari semakin memperihatinkan.
Bukan hanya para penngunjung yang merasakan perihatin akan tetapi para warga disekitar kawasan pesisir pantai semakin hari semakin khawatir dengan adanya pengikisan tanah yang terjadi di bibir pantai di daerahnya. Bahkan menurut warga sekitar, dahulu jarak antara bibir pantai dengan empang mereka sekitar lima puluh meter namun sekarang hanya beberapa meter saja. Tidak lain peristiwa abrasi yang terjadi ini merupakan salah satu dampak adanya pengerukan pasir ilegal yang banyak meresahkan warga sekitar.
Satu tahun yang lalu publik diramaiakan dengan adanya informasi yang beredar tentang adanya pengerukan pasir ilegal dengan menggunakan kapal besar yang dengan terangnya mengeruk pasir yang ada disekitar pesisir pantai dengan kapasitas yang cukup besar. Pada fan page Fesbuk Bantennews yang dipublikasikan kamis (28/04/2016) dikatakan “Saya lihat di lapangan ada kapal pengeruk pasir untuk rekalmasi di Jakarta. Mereka (penambang pasir) tidak sadar jika ulahnya sangat membahayakan lingkungan. Perlu dilakukan ketegasan dari semua pihak untuk dilakukan penertiban. Dan dampaknya sudah jelas terlihat terjadi abrasi yang lumayan cukup besar,” kata Tigor Gempita Hutapea, anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Rabu (27/06/2016). 
Dampak abrasi
Akibat Penambangan Pasir laut, Pesisir Pantai Utara Banten Mulai Abrasi
(Pesisir Pantai Serang Utara) Image From Pilarbanten.com
Warga sekitar pun tak tinggal diam, mereka mulai menyatukan suara untuk bersama-sama menolak adanya penambangan pasir yang semakin hari semakin meresahkan warga. Mereka mulai melakukan upaya penolakan adanya penambangan tersebut kepada pihak-pihak terkait. Warga sekitar pun tak kunjung diam, mereka mulai melakukan pencegahan-pencegahan agar mengurangi dampak-dampak abrasi. Mulai dari penanaman pohon mangrove disekitar bibir pantai serta memasang tanggul dari batu dan bambu agar dapat menahan dampak abrasi serta kerusakan lainnya.
Penulis sempat berbincang dengan salah seorang teman yang tempat tinggalnya tidak jauh dari pesisir di daerah Tengkurak Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang. Dengan adanya reboisasi penanaman pohon mangrove serta pemasangan pelatok-pelatok kayu dan bambu sehingga membentuk seperti dinding dapat menguruangi dampak abrasi yang terjadi di daerah saya, sehingga kondisi wilayah saat ini sudah lebih baik dari beberapa tahun kebelakang. Namun disamping itu semua masyarakat harus tetap berhati-hati serta waspada akan dampak-dampak yang akan timbul dikemudian hari. Oleh karenanya, segala sesuatu yang dapat mengurangi dampak dari abrasi dan kerusakan alam lainnya harus dilakukan bukan hanya bagi masyarakat pesisir pantai namun bagi masyarakat lain agar dapat mencegah terjadinya bencana dan kerusakan alam oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

Comments