Kemiskinan di Banten Kian Menjamur
Oleh : Rahmatulloh
Berbicara tentang kemiskinan mungkin tak akan pernah ada habisnya.
Berbagai macam persoalan-persoalan tentang kemiskinan seolah menjadi bumbu
penyedap bukan hanya dimiliki oleh suatu negara saja akan tetapi sudah menjuru
keberbagai daerah salah satunya didaerah yang berdekatan langsung oleh ibu kota
negara Indonesia yaitu Provinsi Banten.
Tentu untuk menjadi suatu bangsa yang besar maka salah satu aspek
yang dilihat ialah angka kemiskinan jika penduduknya mayoritas hidup dalam
kemiskinan tentu akan menghambat keberlangsungan suatu bangsa untuk menjadi
bangsa yang maju, bukan hanya dalam bangsa tentunya dalam suatu wilayah ataupun
daerah ketika penduduk yang hidup dalam daerah tertentu angka kemiskinan masih
mendominasi tentunya akan menghambat kemajuan suatu daerah sekalipun daerah
tersebut termasuk wilayah metropolitan.
Lantas sudah seberapa parahkah kemiskinan di Banten ? Mungkin
jawaban yang tepat ialah sangat parah, hal ini dilihat dari berbagai kasus yang
terjadi di Banten mulai dari wilayah pelosok hingga ke wilayah perkotaan. Mulai
dari angka kemiskinan yang kian meningkat setiap tahun nya ditambah angka
pengangguran yang semakin tinggi, gizi buruk yang kian mengancam generasi muda
dan ditambah lagi dengan kasus-kasus sosial mulai dari kekerasan, kejahatan
hingga menimbulkan pembunuhan.
Jauh sebelum Provinsi Banten memisahkan diri dari Provinsi Jawa
Barat, tentu permasalahan sosial serta kemiskinan menjadi PR bagi aparatur
pemerintahan untuk menekan angka kemiskinan yang selalu mengalami peningkatan selain
itu juga masih banyak permasalahan-permasalahan yang harus dibenahi oleh
pemerintah yang tentunya dengan dukungan masyarakat sekitar.
Sebelum jauh membicarakan kondisi kemiskinan yang ada diwilayah
Provinsi Banten mari kita cermati bagaimana kondisi masyarakat yang ada di
Banten. Sejak Banten
memisahkan diri dari Jawa Barat pada tahun 2000 dan menjadi Provinsi sendiri,
nyaris tak ada kabar istimewa tentang propinsi ini yang penulis dengar.
Beberapa tahun yang lalu terdengar bahwa gubernur Banten yang menjabat selama
dua periode dijebloskan kepenjara karena dugaan korupsi tentu menambah deretan
permasalahan yang ada diprovinsi yang kini hampir berusia 17 Tahun ini.
Angka
kemiskinan yang ada di Banten dari data yang dimiliki Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Banten, pada September 2014, jumlah penduduk miskin sebanyak
649,19 ribu jiwa, sedangkan di periode yang sama pada 2015 sebanyak 690,67 ribu
jiwa. Secara garis besar penyebab peningkatan jumlah angka yang berada pada
garis kemiskinan yaitu karena meningkatnya harga komoditi makanan dan komoditi
non makanan.
Kemiskinan
ini terjadi bukan hanya di daerah perdesaan atau wilayah wilayah terpencil
lainya, justru hal serupa dirasakan di ibukota Provinsi Banten yaitu Kota Serang.
Dalam harian Radar Banten (27/02/2017) dikatakan bahwa warga miskin ibukota
Provinsi Banten mencapai 40.190 Jiwa. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Serang dikatakan pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin sebanyak 36.180 jiwa. Dalam
setahun jumlahnya naik mencapai 4.010 jiwa atau mencapai 40. 190 jiwa dengan
jumlah penduduk dikota serang yang mencapai
625.301 Jiwa.
Selain
masalah kemiskinan masih banyak lagi permasalahan-permasalahan yang melanda
wilayah Banten pada Januari 2012, publik
dikejutkan tersebarnya foto di harian terkemuka Inggris, Daily Mail dan
Reuters. Foto bergambar anak-anak SD yang bergelantungan bertaruh nyawa
pada tali temali yang sudah tak beraturan, kaki mereka sesekali berpijak pada
serpihan papan lapuk yang masih tersisa untuk menyeberangi sungai besar berarus
deras demi bisa ke sekolah, sontak membuat publik terkejut karena terjadi di
Lebak, Banten, hanya beberapa jam dari Jakarta,Ibukota Negara Indonesia. Nah
inilah salah satu permasalahan yang mendominasi hampir diseluruh wilayah
Provinsi Banten yakni permasalahan Infastruktur. Di Banten amat sangat tidak
asing dengan banyak nya jalan-jalan rusak, jembatan yang tak layak, penerangan
jalan umum serta sarana-sarana publik yang sudah tak layak digunakan. Tentu ini
menambah deretan permaslahan yang harus diselesaikan agar dapat terpenuhinya
kebutuhan masyarakat yang memadai.
Pemimpin
Baru untuk Banten yang Baru
15 Februari
2017 warga Banten merayakan pesta rakyat untuk memilih siapa yang akan
menduduki kursi tertinggi di Provinsi Banten. Di Provinsi yang berusia sekitar
17 Tahun ini ada dua calon pasangan yang siap untuk menduduki kursi tertinggi
serta siap untuk mengemban amanah sebagai pemimpin di Provinsi Banten. Janji
demi janji mereka utarakan serta visi dan misi yang tajam seolah menjadi perang
antar dua kubu yang ingin menduduki kursi pemerintahan di Provinsi Banten.
Kedua kubu
yakni di Pasangan calon pertama yaitu Wahidin-Andika dan pasangan kedua yakni
Rano-Embay bersaing ketat dalam ajang Pemilihan Umum Kepala Daerah Provinsi
Banten. Coba kita lihat seberapa banyak dana yang digelontarkan setiap kubu
calon untuk kampanye tentu bukan angka yang sedikit, jika setiap dana yang
digelontarkan untuk kampanye digunakan untuk dana sosial kemanusiaan untuk mengurangi angka kemiskinan di Banten justru akan lebih
baik.
Bukan hanya
penulis akan tetapi kita semua warga Banten berharap siapapun yang akan duduk
dikursi tertinggi Provinsi Banten dapat mengemban amanahnya dengan baik serta
dapat menepati janji-janji yang telah mereka lontarkan saat kampanye serta
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di Banten terutama
masalah sosial yakni masalah perekonomian, kemiskinan serta infastruktur
dilingkungan Provinsi Banten.
Comments
Post a Comment